Nama Arema pada masa
Kerajaan
Nama Arema adalah legenda Malang.
Adalah Kidung
Harsawijaya yang pertama kali mencatat nama tersebut, yaitu kisah
tentang Patih Kebo Arema
di kala Singosari diperintah Raja
Kertanegara. Prestasi Kebo Arema gilang gemilang. Ia mematahkan pemberontakan
Kelana Bhayangkara
seperti ditulis dalam Kidung Panji Wijayakrama hingga seluruh pemberontak
hancur seperti daun dimakan ulat. Demikian pula pemberontakan Cayaraja seperti
ditulis kitab
Negarakretagama. Kebo Arema pula yang menjadi penyangga politik
ekspansif Kertanegara. Bersama Mahisa Anengah, Kebo Arema
menaklukkan Kerajaan
Pamalayu yang berpusat di Jambi.
Kemudian bisa menguasai Selat Malaka. Sejarah
heroik Kebo Arema memang tenggelam. Buku-buku sejarah hanya mencatat
Kertanegara sebagai raja terbesar Singosari, yang pusat pemerintahannya dekat Kota Malang.
Sampai akhirnya pada dekade 1980-an
muncul kembali nama Arema. Tidak tahu persis, apakah nama itu menapak tilas
dari kebesaran Kebo Arema. Yang pasti, Arema merupakan penunjuk sebuah komunitas
asal Malang. Arema adalah akronim dari Arek
Malang. Arema kemudian menjelma mejadi semacam “subkultur” dengan identitas, simbol dan karakter
bagi masyarakat Malang. Diyakini, Arek Malang membangun reputasi dan
eksistensinya di antaranya melalui musik rock dan olahraga. Selain tinju, sepak
bola adalah olahraga yang menjadi jalan bagi arek malang
menunjukkan reputasinya. Sehingga kelahiran tim sepak bola Arema adalah sebuah
keniscayaan.
(Arema Football Club/Persatuan Sepak
Bola Arema nama resminya) lahir pada tanggal 11 Agustus 1987, dengan semangat
mengembangkan persepak bolaan di Malang. Pada masa itu, tim asal Malang lainnya
Persema Malang bagai sebuah magnet bagi arek
Malang. Stadion Gajayana –home base klub pemerintah itu– selalu disesaki
penonton. Di mana Arema waktu itu ? Yang pasti, ia belum mengejawantah
sebagai sebuah komunitas sepak bola. Ia masih jadi sebuah “utopia”.
Adalah Acub Zaenal yang kali pertama punya andil
menelurkan pemikiran membentuk klub Galatama. Jasa “Sang Jenderal” tidak terlepas
dari peran Ovan Tobing, humas
Persema saat itu. “Saya masih ingat, waktu itu Pak Acub Zaenal saya undang ke Stadion Gajayana ketika Persema lawan Perseden
Denpasar,” ujar Ovan. Melihat penonon membludak, Acub yang kala itu
menjadi Administratur Galatama lantas mencetuskan keinginan mendirikan klub
galatama. “You bikin saja (klub) Galatama di Malang,” kata Ovan menirukan
ucapan Acub.
Beberapa hari setelah itu, Ir
Lucky Acub Zaenal –putra Mayjen TNI (purn.) Acub Zaenal– mendatangi Ovan
di rumahnya, Jl. Gajahmada 15. Ia diantar Dice Dirgantara yang sebelumnya sudah
kenal dengan dirinya. “Waktu itu Lucky masih suka tinju dan otomotif,” katanya.
Dari pembicaraan itu, Ovan menegaskan kalau dirinya tidak punya dana untuk
membentuk klub galatama. “Saya hanya punya pemain,” ujarnya. Maka
dipertemukanlah Lucky dengan Dirk
“Derek” Sutrisno (Alm), pendiri klub Armada ‘86.
Harus diakui, awal berdirinya Arema
tidak lepas dari peran besar Derek dengan Armada 86-nya. Nama Arema awalnya
adalah Aremada-gabungan dari Armada dan Arema. Namun nama itu tidak bisa
langgeng. Beberapa bulan kemudian diganti menjadi Arema`86. Sayang, upaya Derek
untuk mempertahankan klub Galatama Arema`86 banyak mengalami hambatan, bahkan
tim yang diharapkan mampu berkiprah di kancah Galatama VIII itu mulai
terseok-seok karena dihimpit kesulitan dana.
Dari sinilah, Acub Zaenal dan Lucky
lantas mengambil alih dan berusaha menyelamatkan Arema`86 supaya tetap survive.
Setelah diambil alih, nama Arema`86 akhirnya diubah menjadi Arema dan
ditetapkan pula berdirinya Arema Galatama pada 11 Agustus 1987 sesuai dengan
akte notaris Pramu
Haryono SH–almarhum–No 58. “Penetapan tanggal 11 Agustus 1987 itu,
seperti air mengalir begitu saja, tidak berdasar penetapan (pilihan) secara
khusus,” ujar Ovan mengisahkan.
Hanya saja, kata Ovan, dari pendirian
bulan Agustus itulah kemudian simbol Singo
(Singa) muncul. “Agustus itu kan Leo atau Singo (sesuai dengan horoscop),”imbuh
Ovan. Dari sinilah kemudian, Lucky dan, Ovan mulai mengotak-atik segala
persiapan untuk mewujudkan obsesi berdirinya klub Galatama kebanggaan Malang.
Di awal keikut sertaan di Kompetisi
Galatama Ovan Tobing dan Lucky Acub Zaenal mulai bekerja keras mengurus segala
tetek-bengek mulai pemain, tempat penampungan (mess pemain), lapangan sampai
kostum mulai diplaning.Bahkan,gerilya mencari pemain yang dilakukan Ovan satu
bulan sebelum Arema resmi didirikan.Pemain-pemain seperti Maryanto
(Persema), Jonathan
(Satria Malang), Kusnadi
Kamaludin (Armada), Mahdi
Haris (Arseto),
Jamrawi
dan Yohanes
Geohera(Mitra), sampai kiper Dony
Latuperisa yang kala itu tengah menjalani skorsing PSSI karena kasus
suap, direkrut. Pelatih sekualitas Sinyo
Aliandoe, juga bergabung.
Hanya saja, masih ada kendala yakni
menyangkut mess pemain. Beruntung, Lanud Bandar Udara
Abdul Rachman Saleh mau membantu dan menyediakan barak prajurit Pas
Khas untuk tempat penampungan pemain. Selain barak,
lapangan Pagas Abd Saleh, juga dijadikan tempat berlatih. Praktis Maryanto
dkk ditampung di barak. “TNI AU memberikan andil yang
besar pada Arema,” papar Ovan.
Sempat ada kendala, yakni masalah dana
–masalah utama yang kelak terus membelit Arema. “Kalau memang tidak ada
alternatif lain, ya papimu Luk yang harus mendanai,” jelas Ovan saat
mengantarnya ke Bandara Juanda.
Sepulang dari Jakarta, Acub Zaenal sepakat menjadi penyandang dana.
Prestasi klub Arema bisa dibilang
seperti pasang surut, walaupun tak pernah menghuni papan bawah klasemen, hampir
setiap musim kompetisi Galatama Arema F.C. tak pernah konstan di jajaran papan
atas klasemen, namun demikian pada tahun 1992 Arema berhasil menjadi juara
Galatama. Dengan modal pemain-pemain handal seperti Aji Santoso, Mecky Tata, Singgih
Pitono, Jamrawi
dan eks pelatih PSSI M Basri, Arema mampu mewujudkan mimpi masyarakat
kota Malang menjadi juara kompetisi elit di Indonesia.
Sejak mengikuti Liga Indonesia, Arema
F.C. tercatat sudah 7 kali masuk putaran kedua. Sekali ke babak 12 besar
(1996/97) dan enam kali masuk 8 besar( 1999/00, 2001, 2002, 2005, 2006,&
2007). Walaupun berprestasi lumayan, tapi Arema tidak pernah lepas dari masalah
dana. Hampir setiap musim kompetisi masalah dana ini selalu menghantui sehingga
tak heran hampir setiap musim manajemen klub selalu berganti. Pada tahun 2003,
Arema mengalami kesulitan keuangan parah yang berpengaruh pada prestasi tim.
Hal tersebut yang kemudian membuat Arema FC diakuisisi kepemilikannya oleh PT Bentoel
Internasional Tbk pada pertengahan musim kompetisi 2003 meskipun
pada akhirnya Arema terdegradasi ke Divisi I. Sejak kepemilikan Arema dipegang
oleh PT Bentoel Internasional Tbk, prestasi Arema semakin meningkat; 2004 juara
Divisi I, 2005, dan 2006 juara Copa Indonesia, 2007 juara Piala
Soeratin LRN U-18, Runner Up Piala Jatim Esia[1/6/2008]Pada Final
Melawan Persik Kediri dengan skor 2-1 di stadion Gelora Delta Sidoarjo. Pada
tahun 2006 dan 2007 Arema dan Benny Dollo mendapatkan
penghargaan dari Tabloid Bola sebagai tim terbaik dan Pelatih terbaik. Pada
tahun 2008 Arema berlaga di Super
Liga Indonesia bersama 17 kontestan lain. Pada kompetisi kali ini
Arema bermaterikan pemain-pemain muda dan menjadi salah satu kandidat yang
difavoritkan akan menjuarai ISL 2008 untuk pertama kalinya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar